Jadi Mahasiswa Harus Berpandai-pandai

Mungkin banyak yang bilang, menjalani profesi mahasiswa itu sangat susah serta serba sibuk. Asumsi itu ada benarnya juga, rasakan saja ketika di tengah kesibukan mengerjakan tugas kuliah, kita juga dikejar oleh kegiatan-kegiatan lain. Apalagi profesi mahasiswa tersebut dijalani dengan status anak kos-kosan. Biasanya selalu serba instan di rumah, namun setelah berstatus ngekos dikerjakan serba sendiri. Tentunya itu bukanlah hal yang mudah, semua itu butuh proses, apalagi baru pertama kali hidup yang jauh dari orang tua atau keluarga.
Tenang saja, sebenarnya semua itu tergantung yang menjalaninya. Segala hal apapun akan berjalan lancar apabila dilakukan dengan penuh keikhlasan serta kesungguhan, sekalipun berjalan pada bebatuan kasar. Kita harus ingat, pengalaman hidup sangat berarti untuk menjalani hidup, karena sebagai seorang mahasiswa itu tidak selalu butuh kajian-kajian ilmiah yang diberikan para dosen saja. Seorang mahasiswa juga jangan terlalu beku pada lingkungan, namun harus peka agar tahu situasi dan kondisi (sikon) yang dihadapi.
Ibarat kata, mahasiswa itu tidak perlu pintar, tetapi jadi mahasiswa itu harus bapandai-pandai. Maksudnya di sini, bahwa jadi mahasiswa itu bukannya tidak perlu menjadi seorang yang jenius atau intelegen, tapi jadi mahasiswa itu harus pandai menempatkan diri. Sebagai mahasiswa yang cerdas, tentunya kita harus bisa memanfaatkan situasi apapun. Pandai menempatkan diri sebagai seorang yang berilmu, berpendidikan, mahkluk sosial, juga pandai menempatkan diri sebagai mahkluk yang beragama.
Selain itu, jangan pernah munafik dengan situasi lingkungan. Saksikan saja, sangat banyak diantara mahasiswa, teman, bahkan diri kita sendiri kadangkala secara sadar atau tidak sadar pernah melakukannya. Mungkin selama ini karena sering berkomunikasi yang baik dengan salah seorang dosen, diakhir semester tidak disangka nilai yang kita peroleh sangat memuaskan, padahal dalam soal belajar agak kurang maksimal. Artinya ini bukan suatu yang mustahil terjadi begitu saja, pasti ada sebab dan musababnya, yaitu karena ada kedekatan tadi. Jadi tidak salah, bahwa mahasiswa itu harus bapandai-pandai.
Bukan hanya berpandai-pandai masalah perkuliahan atau urusan nilai, namun juga harus serba berpandai-pandai. Baik dalam mengatur waktu, berteman, berorganisasi, mencari ilmu, mencari nama, bahkan dalam urusan uang belanja. Sekali lagi, sebagai penerus masa depan yang akan berjalan pada baris terdepan, harus bisa mengatasi hal-hal kecil untuk menghadapi hal-hal atau kemungkinan yang lebih besar. Jangan hanya terpaku pada teori-teori serta konsep yang ada. Namun gunakan otak untuk berpikir cerdas sebagai jalan keluar dari masalah yang ada.

Wahyu Saputra
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNP.

Artikel ini pernah terbit di Koran Harian Singgalang

0 Comments