Bahasa Bangsa di Mata Mahasiswa

“Bahasa menunjukkan bangsa”. Kata itu mungkin tidak asing lagi kita dengar. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah bangsa sekarang benar-benar sudah menunjukkan bahasanya? Seberapa besar cinta masyarakat bangsa kepada bahasanya? Serta seberapa besar rasa cinta kita terhadap bahasa? Kita memang tidak pernah tahu, yang jelas bahasa persatuan kita semakin sempit ruangannya diantara bahasa lain. Buktinya masih banyak yang tidak bisa, tidak mau, bahkan tidak PeDe memakai bahasa nasionalnya sendiri. Sangat menyedihkan
Hal itu sering terjadi dikalangan mahasiswa yang sudah puluhan tahun mengenyam pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, maupun dilingkungan kampus, sangat jarang mahasiswa menunjukkan bahasa bangsanya. Apalagi menggunakannya secara baik dan benar. Nampaknya mereka lebih senang dan bangga menggunakan bahasa Indonesia Minang (Indomi) yang trend dengan bahasa alay. Padahal kesenangan mereka mencapuradukkan bahasa itu memojokkan keberadaan bahasa bangsanya sendiri.
Jika ditinjau lebih jauh, kita patut bersyukur karena bisa mempunyai bahasa nasional sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Tidak semua bangsa mempunyai bahasa nasionalnya sendiri. Misalnya saja negara Malaysia, yang memakai bahasa Inggris sebagai persatuannya. Apalagi bahasa persatuan kita lahir dari bulir-bulir darah pejuang bangsa. Nah, sudah seharusnya sebagai orang yang mencintai bangsa, tentunya juga harus bisa menjaga bahasanya. Apabila kita menjujung tinggi bahasa, tentunya sudah bagian mencintai bangsa.
Wahyu Saputra
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNP.

0 Comments