Hari Ibu di Mata Calon Ibu

Rasanya tidak asing lagi ketika mendengar nama Hari Ibu, yang tren orang luar sana mengatakan happy mother’s day. Hal itu bukan saja berlaku di nusantara ini, namun juga diseluruh pelosok dunia. Hanya saja cara dan waktu memperingatinya yang berbeda. Berbagai ivent dilakukan untuk mengenang moment tersebut. Ada yang mengadakan seminar tentang kesehatan ibu, lomba memasak, membagikan bunga untuk kaum ibu, bahkan ada dengan cara sekedar ucapan belaka.
Dapat kita jumpai, seminggu sebelum hari H tersebut, berbagai selebaran memenuhi sudut-sudut jalan dan papan pengumuman di kampus. Terkesan begitu pentingnya hari ibu ini bagi sebagian orang. Itu terlihat dari status teman-teman di facebook, twiter. Misalnya selamat hari ibu”, “aku sayang ibu” atau “i love you mom”, itu beberapa kalimat yang paling banyak muncul. Bahkan semua orang mengganti foto profilenya dengan foto bersama ibu atau mamanya masing-masing.
Anehnya ada juga mahasiswa yang cuek bebek, karena tidak mengenal sama sekali peringatan Hari Ibu ini. Jangankan bagi mahasiswa,  mahasiswi sebagai calon ibu saja banyak yang tidak tahu tentang Hari Ibu ini. Tetapi kita positif thingking saja, mungkin mereka tidak tahu bagaimana perjuangan kaum ibu dalam memperjuangkan kemerdekaan negara ini dahulunya. Sehingga belum tahu makna sesungguhnya dari peringatan Hari Ibu ini.
Memang tidak pantas, namun paling tidak mereka pernah mengungkapkan rasa kasih sayang dan menghormati keberadaan seorang ibu. Harus disadari, peringatan Hari Ibu ini sebenarnya senantiasa untuk mengenang, bahwa betapa besarnya jasa dan pemikiran para perempuan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dalam memperjuangkan kesatuan, persatuan dan kemerdekaan bumi pertiwi ini. Hakekat Hari Ibu disini merupakan rasa nasionalisme kaum hawa di nusantara ini.
Jadi bukan hanya sekedar memperingati saja, namun benar-benar diresapi makna perjuangan seorang ibu, sekaligus sebagai bundo kanduang yang pantas menjadi panutan. Baik sebagai ibu dan istri, sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu hendaknya bukan berlaku pada jatuhnya Hari Ibu saja, namun berlaku setiap hari, setiap saat, sepanjang masa.
Wahyu Saputra
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNP.


0 Comments