MENDIDIK ITU TIDAK GAMPANG


Pada umumnya, maksud kata mendidik tidak asing lagi di benak semua orang, apalagi bagi orang yang pernah mengenyam pendidikan formal. Tentunya yang dikatakan mendidik di sini hanya tertuju kepada guru saja. Padahal tidak, semua orang berhak mendapat gelar pendidik. Tidak dipungkiri, karena pendidik itu sebagai perantara, penunjuk jalan bagi seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya keberhasilan, sukses atau tidaknya seseorang itu juga terletak pada gurunya.
            Bayangkan saja, jika dicontohkan siswa dan guru. Siswa itu ibarat jari-jari yang ada di tangan kita, dengan sekian jumlahnya, mempunyai bentuk, nama, serta fungsi yang tidak sama. Begitu juga siswa yang bakal diayomi, dengan jumlah puluhan, ratusan bahkan sampai ribuan orang, yang mempunyai sifat, karakter, atau tingkahlaku yang berbeda. Semua itu dipercayakan oleh orang tuanya kepada para guru untuk merubah perbedaan tersebut menjadi satu tujuan, yaitu menjadi “orang” yang sesungguhnya.
            Percayalah, semua itu tidak semudah yang dibayangkan. Semua itu butuh proses yang cukup memakan waktu. Siswa itu juga ibarat selembar kertas yang sudah berisikan kata-kata dengan warna yang berbeda. Jadi tidak mudah seorang guru membentuk selembar kertas yang penuh coretan itu menjadi sebuah tulisan yang tersusun rapi. Lain halnya siswa yang dirangkul dari awal, seperti kertas putih tanpa stetes noda, bisa diisi dengan rangkaian kata-kata yang penuh makna atau dilukiskan dengan warna-warna yang indah.
Dalam hal ini, seorang guru dituntut dengan bekerja keras. Tidak hanya profesional, namun juga harus serba bisa. Artinya seorang guru harus banyak tahu, karena tidak selalu yang diajarkan bidang studi kita saja, namun juga masih banyak bidang lain yang perlu diajarkan pada peserta didik tersebut. Selain itu, seorang guru tidak hanya sekedar menunaikan tuntutan kewajibannya saja. Namun benar-benar menjadi seorang pendidik yang bisa mendidik, agar siswanya menjadi orang-orang yang terdidik.
Dalam meraih semua itu, tentunya seorang guru harus tahu apa yang harus dia lakukan. Maka sudah sepantasnya kita harus bangga dan berterima kasih pada guru-guru kita, orang-orang yang berprofesi sebagai pendidik, dan bahkan pada calon-calon pendidik. Ingat, pendidik atau guru di sini bukan hanya tertuju pendidikan formal, semua orang bisa terlibat dalam hal mendidik, termasuk orang tua kita sendiri. Asalkan saja bukan orang yang hanya bisa menggurui, tetapi benar-benar guru yang pantas dianggap sebagai pendidik.
Tentunya dalam mendidik ini tidak segampang membalikkan telapak tangan. Sangat banyak kendala-kendala yang dilalui. Sehingga tidak jarang, banyak guru yang mengeluh dan putus asa. Namun sebaliknya, bagi seorang guru yang enjoy serta optimis “bisa” menjalani profesinya, membuahkan hasil yang tidak tanggung-tanggung. Walaupun sebelumnya merangkak-rangkak, setelah itu dia bisa berdiri bahkan berlari. Lihat saja faktanya, para cendikiawan dan intelektual bisa berdiri melambaikan tangan pada dunia, itu semua karena guru.
Itulah sebagai bukti nyata, keberadaan seorang guru atau pendidik sangatlah penting di mata dunia, terutama dalam pencapaian mutu pendidikan. Memang tidak ada yang gampang di dunia ini, namun juga tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, kunci utamanya hanya terletak pada kemauan. Dengan memantapkan niat “harus bisa”, kenapa orang bisa, saya tidak? Semua itu tentu dibarengi dengan penuh ketulusan, ikhlas dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan semua hal yang kita jalani.


Wahyu Saputra
            Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Artikel ini pernah dimuat di Koran Harian Singgalang

0 Comments