Puisiku di Pertengahan Juni


Senja di Muara

senja ini aku berjalan menelusuri redupnya matahari
menyaksikan sinaran kuning di bibir pertemuan air mata air
di muara bandar buatan ranah minang
di sana dulu kata sepakat kita beradu-mengadu
sayang, jalan tertumbuk tak bertemu

kutatap matahari jatuh tak berkedip
meninggalkan sinaran merah di ufuk barat
kian lama kian sirna hingga hilang tanpa rona
kutetap berdiri tegap melihat langit lagi tak berwarna
kudengar adzan mulai menggema bahwa malam akan tiba

13/06/12


Menanti Esok Malam

sayang, jangan tangisi aku dalam gelap
malam ini akan aku utarakan semuanya
agar kau tahu semua tentang isak tangismu untukku
karena aku takut tidak ada lagi kata bersuara
hingga putaran waktu hilang ketika esok telah tiba

kau tahu aku bukan? Aku bukan milikmu bukan?
Aku sudah ada pemiliknya sebelum kamu mengenalku
Tuhan, Dia lebih kuasa atas aku

menengadahlah, sapu air mata hilangkan sendumu
lihat di langit, bulan sabit semakin hilang menjemput purnama
lihat juga di sudut sana, bintang tujuh bercengkrama ria
saksikan malam ini begitu megah di beranda

sayang, kelak kau akan tahu mata ini tak mau terpejam
bola mataku ingin menanti esok malam bersama matamu
merasakan cumbuan sinar purnama di malam kelam
tapi cahaya itu semakin dekat mendekap
kini malam memanggiku kepada-Nya sebelum terang

13/06/12


Kali Ini Hatiku Tergantung

kali ini hatiku tergantung pada ujung rambutmu yang hitam
panjang terurai sepinggang menyapu angin ketika melenggang

kali ini hatiku tergantung pada jari lentikmu mengelus rindu
menyibak tenun songket dengan lincah ketika penjahit patah
kali ini hatiku tergantung pada belah bibirmu penuh sukma
melantunkan syahdu ayat-ayat-Nya dengan irama

kali ini aku tergantung pada matamu yang tajam
tatapan sarat makna memanggil hati tanpa raga
membuat diri bertanya-tanya

13/06/12


Minggu Yang Panjang

apa kamu tahu, ini hari minggu sayang
dan apa kamu tahu, ini baru pukul 06.00 sore
jika kamu masih ingat, tadi pagi aku bangun lebih awal dari biasa
membangunkan dirimu dalam lelap

pagi ini kita berjalan berdua menelusuri pantai padang
sejenak bertegak pinggang dari hidup menyiang ladang
menikmati alam terbentang membentang hingga senja menjelang
ini sungguh minggu yang panjang sayang

13/06/12


Di Tengah Kota

siang asap menggepul debu menyembur dari dubur kendaraan berumur
desing membising dari roda-roda teknologi rodanya kehidupan kota
hidup di tengah panas di atas menindas pada kata secarik kertas
hidup bebas pada dunia tak berbatas

13/06/12 

Puisi-puisi ini pernah dimuat di Media Harian Singgalang, 30 Desember 2012

0 Comments