Puisi untuk Sepotong Hati


Maaf, Do’a Kita Berbeda

Do’amu;
“semoga Tuhan perkenankan kita mengecup kekasih hati yang berbeda,
 tempat melabuhkan rindu, menyandar penat menghilang pekat,
 melebur pelipur lara dalam dada.”

kau bersyair pada Tuhan
berharap setelah senja, datang pangeran berkuda putih
kau berucap harap dalam nazar
semoga bahagia datang menjemput angan
do’amu menggumam lirih hatiku pedih

maaf, dalam diam aku berpaling meng”Amin”kannya
dalam senyum renyah hatiku terenyuh mendesah
mendengar dengung do’amu melintas hatiku patah
tatapan katamu kini mengiris jantungku berdarah

mengertilah;
di ujung do’amu do’aku berbeda
izinkan di tengah malam aku lah pangeran berkuda itu
agar kau tak ragu menatapku dalam gelap
akan kubawa mahar rembulan sebelum lenyap

di ujung malam kini kuberharap
do’amu untukku, do’aku do’amu

Air Tawar, 12/12/12

Kapan Kau Datang Lagi
aku rindu sapamu
memanggil namaku dengan suara menggigit
mengajakku bercengkrama di bawah langit
menyaksikan jalan matahari meninggi lagi

kapan kau datang lagi?
mengambang tawa mengumbar pesona
berkata apa adanya seperti biasa
bergelayut manja tanpa mesra

ah, aku rindu senyummu
memboncengmu dengan mesin buatan Jepang
memegang pundakku dari belakang
tanpa beban dari pagi hingga petang

kini sudah sepekan
kau tak datang membawa senyuman
jangan siksa aku mengulur tanya tanpa jawaban

Air Tawar, 12/12/12
Dalam Diamku

kau tahu maknanya?
setahuku tidak, karena kau hanya kenal nama riang
kau nampak bentuknya?
tidak juga, karena ia tanpa wujud tanpa rangka
ingat, rasa adalah ketenangan, dalam rasa tersembunyi makna

sekarang
kau jangan ragu makna diamku
dalam diam ada cinta yang mendalam

Air Tawar, 13/12/12


Aku Air Kesejukan
aku kini telah menjadi air bening tak beraroma
kenapa nampak ragu ketika mulutmu terbuka
meneguknya tetes demi tetes kesejukannya

nikmatilah;
tak ada racun yang mengalir
di balik riak beningnya

habiskan;
kalau tak menghilangkan dahaga, buang tumpahkan,
lupakan, jauhkan, dan beritakan ke mahkluk-Nya
agar tak meminumku

jika terpaksa
tak ada gunanya juga
juga tak apa-apa

Air Tawar, 13/12/12

*spesial untuk seseorang yang tidak merinduku
Puisi-puisi ini pernah dimuat di Media Harian Singgalang, 6 Januari 2013

3 Comments

  1. hehehe
    mantap puisi nyo
    hmmmm
    puiitissss
    tapi kok ndak ado perahu kertaS Yo,,hahaha

    ReplyDelete
  2. Thanks brother,tapi kurang ganas kritikannya. hehee
    Perahu kertasnya udah "karam", digulung ombak di dalam palung hati. Hahahaaa...

    ReplyDelete

Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !