Jennifer |
Lomba manggiliang lado (menggiling cabai) dan
mamangua karambie (memarut kelapa) ini diikuti oleh beberapa kelompok dari
berbagai kalangan, mulai dari kategori tingkat remaja (siswa SMA sederajat),
hingga kategori emak-emak (ibu-ibu). Adapun cabai yang digiling harus
benar-benar halus, karena diperuntukkan memasak gulai, bukan untuk sambal.
Namun uniknya dalam perlombaan manggiliang
lado dan mamangua karambia ini diikuti oleh Jenifer seorang peserta turis
asing, yang berasal dari Amerika Serikat. Meskipun merasa kaku dan belum
terbiasa manggiliang lado dan mengukua karambia dengan alat tradisional,
tapi Jenifer mengaku sangat menikmati dan senang mengikuti lomba.
“Meskipun saya tidak bisa, tapi saya merasa
senang sekali bisa ikut lomba Manggiliang Lado ini karena saya suka kebudayaan
Minangkabau miliki,” ungkap Jenifer, Kamis (8/9) sambil tersenyum mengenakan
tengkuluak khas Minangkabau.
Pada perlombaan manggiliang lado Jenifer
bersama timnya mampu menyelesaikan lomba dengan urutan pertama dalam kategori
ibu-ibu (dewasa). Ia menyatakan dirinya ikut lomba karena diajak oleh
“Padang Cat Lovers”, salah satu komunitas pencinta kucing Padang, karena
penasaran akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut.
Terkait penilaian, Rizal selaku salah seorang
tim juri perlombaan dari rumah makan ternama di kota Padang mengatakan bahwa
yang dinilai dalam lomba manggiliang lado tersebut yaitu kekompakan peserta,
teknik menggiling cabai, tekstur cabai, rasa cabai, serta kostum dan penampilan
peserta. Adapun lomba manggiliang lado ini diadakan untuk melestaraikan budaya
daerah Minangkabau untuk menghasilkan masakan yang maknyus.
“Manggilaing ini harus dilestarikan, dan kita
ajarkan kita generasi muda, karena sangat berbeda rasa lado yang digiling
dengan tangan dan lado dengan olahan mesin. Padahal Minangkabau sangat terkenal
dengan masakannya yang lezat, dan serba pedas,” jelasnya di sela-sela
perlombaan, Kamis (8/9).
Namun terkait jumlah peserta, ia mengatakan
bahwa jumlah keseluruhan 17 kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri
dari dua orang. Rinciannya, untuk kelompok tingkat SMA sederajat diikuti oleh
sembilan kelompok, sedangkan tingkat dewasa (ibu-ibu) diikuti oleh delapan
kelompok. Setiap peserta diberi waktu 15 menit untuk bisa menyelesaikan
penggilingan cabai sampai semua alat penggilingan dan tangan bersih.
Pada hari kedua perhelatan FSN 2016 itu,
bahkan Jenifer pun juga mengikuti lomba mamanggua karambia (memarut kelapa). Ia
memulai dengan duduk bersimpuh sebagai duduk beradat dan tangkuluak khas budaya
Minangkabau, ia pun mulai “menggoyang” kan karambia di mata pisau kukuran
dengan senyum dan tertawa renyah.
“Oh, saya tidak bisa. Sulit sekali,” ucapnya
sambil tertawa lepas karena kelapa yang diparut tidak berhasil ia keluarkan
dari “tengkorak”nya.
Pada lomba mamanggua karambia ini jumlah
peserta juga hampir sama dengan peserta manggiliang lado, hanya saja pada lomba
mamanggua karambia ada penambahan peserta khusus yaitu empat orang laki-laki
dari empat komunitas anak muda di kota Padang.
Nana, salah seorang juri dari panitia
mengatakan bahwa penilaian lomba mangukua karambia ini dilihat dari
kekompakkan, teknik memarut, tekstur dan kehalusan sari kelapa yang dihasilkan,
serta hasil parutan di tempurung atau batok kelapa. Hal ini karena menurut
alumni sastra Universitas Andalas (Unand) ini, santan yang dihasilkan sesuai
dengan teknik mangukua nya.
“Zaman kini, banyak generai muda yang tidak
pandai memarut kelapa, kadang asal-asalan saja, kadang karena malas beli santan
di luar. Padahal dari teknik memarut itu terlihat kemurnian santan yang
dihasilkan. Santannya lebih banyak, masakan pun jadi enak,” katanya.
Sebelumnya, pada hari kedua itu juga diadakan
lomba malamang pada pagi harinya yang diikuti oleh anak SMA sederajat se-kota
Padang. Kemudian, pada malam harinya perlombaan dilanjutkan dengan membuat teh
talua (teh telur) khas Minangkabau, serta berbagai hiburan dari komunitas. (why)
6 Comments
WIHHH Kerennn bangetttt, mantap surantap ,jadikan minang lebih berkarya
ReplyDeletewaaawwwww, kerennn abis, minang berkaya, #festivalsitinurbaya
ReplyDeletewaahhh ini mah mantap surantap bin top markotop banget dah,,minang berkarya....
ReplyDeletejadikan minang lebih modern dsn berkembang tanpa melupakan adat istiadat nya,, salam
ReplyDeletewaahh bulenya cantik wkwkwk
ReplyDeletewah kalau aku ikut pasti bule nya bakal kalah sama aku,, wkwkwk
ReplyDeleteJika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !