Keluarga Role Model Bagi Pendidikan Anak (2)


PADANG- Anak merupakan harapan dan tumpuan bagi orangtua, dengan tujuan sebagai generasi pembawa perubahan bagi keluarga, bangsa, negara, dan agama. Namun untuk mencapai harapan itu tidaklah mudah. Orangtua harus mampu menjadi seorang role model bagi anak-anaknya untuk bisa tumbuh sebagai generasi penerus terbaik.

Kita tidak boleh lupa kata-kata bijak orang terdahulu, “kalau mau belajar tentang arti cinta maka belajarlah pada seorang ibu, dan jika ingin paham makna pengorbanan maka belajarlah pada seorang ayah.” Apabila orangtua mampu mengambil maknanya, pengorbanan dan cinta disatukan dalam keluarga, akan menunjukkan betapa indahnya masa depan seorang anak dalam bimbingan keluarga.

Namun kekhawatiran era modern saat ini, banyak anak-anak membuktikan masa remaja sebagai ajangnya “pemberontakan.” Beragam gejolak perilaku negatif atau menyimpang terjadi, baik di rumah, sekolah, atau lingkungan sosial lainnya. Akibatnya banyak anak-anak yang gagal melewati masa transisi menjadi generasi yang patut dibanggakan.

Sebaliknya di sisi lain, orangtua yang seharusnya menjadi panutan tidak mampu berbuat banyak dalam mendidik anaknya. Tentu ini akan menjadi masalah besar bila perilaku negatif seorang anak tidak bisa dibendung oleh orangtua. Akibatnya adegan sikap-sikap menyimpang anak tersebut akan terbawa hingga usia dewasa, bahkan bisa sampai tua.

Oleh karenanya, orangtua dalam keluarga harus bisa menjadi role model yang patut bagi anak-anaknya. Ibarat pepatah lama, “buah tak jauh jatuh dari pohonnya” hal tersebut bisa berlaku pula dalam perilaku seorang anak. Apabila orangtua mampu mencerminkan sikap yang mendidik, maka mayoritas anaknya pun akan berperilaku baik, begitu juga sebaliknya.

Apabila orangtua ingin anaknya rajin membaca dan menulis, maka orangtuanya harus lebih dahulu memegang buku dan pena. Jika orangtua ingin anaknya rajin ibadah, maka orangtuanya harus lebih dulu mengagungkan Tuhan. Begitu pula jika ada orangtua ingin anaknya disiplin, maka orangtua memenuhi sikap disiplin terlebih dulu dalam keluarga. Pasalnya mengajarkan dengan contoh lebih baik daripada hanya menyuruh.

Misalnya, banyak istri memanggil suaminya dengan sebutan ayah, atau sebaliknya demi mencontohkan kepada anak-anaknya. Hendaknya hal-hal baik lainnya juga dicontohkan sebagai role model, meskipun dinilai tindakan yang sangat sederhana. Hal ini karena apa pun perilaku orangtua, baik atau buruk lambat-laun akan berdampak pada anak.

Namun di sisi lain, orangtua tidak boleh masuk terlalu jauh dalam kehidupan seorang anak. Orangtua harus terbiasa ibarat main layangan kepada anak, “tidak menarik talinya terlalu dekat dan kencang, tapi juga tidak melepakan talinya terlalu panjang dan jauh.” Artinya, orangtua tidak terlalu mendikte atau mengekang dalam mendidik anaknya, tapi tetap anak jangan dibiarkan berperilaku sesuka hati.

Orangtua harus memberi kebebasan kepada anaknya dalam menentukan pilihan, baik style, pendidikan, cita-cita, serta jati dirinya sendiri. Namun di lain sisi, orangtua harus tetap mengawasi, serta ada batasan yang jelas untuk hal tertentu. Cara yang tepat untuk orangtua dalam hal ini, semua elemen keluarga hendaknya diajak berkomunikasi, dan berdiskusi dengan baik, termasuk kepada anaknya.

Begitu pentingnya peran keluarga untuk pendidikan anak, terutama dalam hal ini lebih dibebankan kepada kedua orangtua. Tentu disebabkan lingkungan keluarga merupakan sekolah atau madrasah pertama bagi anak. Kemudian orangtua merupakan sebagai guru pertama dan utama untuk tumbuh-kembangnya pendidikan seorang anak. Maka dari itu pula, beban untuk pendidikan anak butuh tanggungjawab yang besar bagi orangtua.

Dikatakan lingkungan keluarga sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak, karena sebagian besar hidup dan waktu yang dihabiskan oleh seorang anak di dalam keluarga, rumah, dan bersama orangtua. Dampaknya bila keluarga mempraktikan hidup mendidik yang baik, maka sebagian besar sikap, etika, norma, dan aturan itu akan tercermin pada anak. Sebaliknya, jika keluarganya berantakan tanpa aturan maka anak juga akan lebih berantakan pula.

Pendidikan formal untuk anak sangat penting, sebab pendidikan lebih tinggi derajatnya dari mata uang, yang akan berlaku dimana pun, dan kapanpun. Setiap generasi berpacu dengan segala perubahan dan persaingan untuk menjadi yang terbaik. Apalagi di zaman global dan milinial ini, setiap anak dituntut bisa menguasai teknologi dan informasi agar bisa bersaing dan bertahan menghadapi kemajuan zaman.

Namun dengan segala tuntutan zaman tersebut, orangtua jangan lupa selalu menyirami dan ikut berperan untuk pendidikan anaknya. Hal ini karena zaman sekarang mayoritas setiap orang perpacu dalam kecanggihan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Informasi (IPTEK), tapi lupa menyiram anaknya dengan ilmu Iman dan Taqwa (Imtaq).

Oleh sebab itu, peran orangtua sangat penting untuk membangun pondasi yang komplit bagi anaknya, dibekali IPTEK di sekolah, tapi juga mendapat bimbingan Imtaq secara langsung dari keluarga di rumah. Tetaplah yakin, pendidikan setinggi apapun tidak akan berhasil tanpa adanya bekal yang diberikan orangtua di rumah.

Berhasil atau tidaknya seorang anak di sekolah, tergantung atas do’a, ridha serta didikan orangtuanya di rumah. Oleh sebab itu, kerjasama antara suami dan istri sangat penting untuk mendampingi kesuksesan seorang anak. Sepanjang masa, anak tetap memerlukan bimbingan dari orangtua tanpa batas. Apabila didikan orangtuanya berhasil, maka anak tersebut juga akan berhasil menularkan ke generasi selanjutnya.

Bila merujuk ke pendidikan Islam, dalam Hadist Riwayat Thabrani dan Daruquthuni disebutkan, “sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain.” Apabila konsep ini ditanamkan oleh orangtua kepada anaknya sejak dini, keberkahan senantiasa mengalir pada dirinya, ke anak-anaknya, ke generasi-generasi berikutnya, sekaligus juga akan mengalir ke kedua orangtuanya, dan kepada seluruh alam lingkungan sekitarnya.


Ujung dari semua ini akan bermuara pada “Baiti Jannati”, dalam keluarga yang mampu memberikan rasa nyaman, tenteram, dan bahagia untuk melahirkan generasi emas, yang dibekali IPTEK dan Imtaq. Menggali segala potensi untuk kepentingan dunia, tapi juga tidak lupa kepada Tuhan dengan segala keagunganNya. (*)

0 Comments