PADANG- Anak merupakan harapan dan tumpuan bagi orangtua, dengan tujuan sebagai generasi pembawa perubahan bagi keluarga, bangsa, negara, dan agama. Namun untuk mencapai harapan itu tidaklah mudah. Orangtua harus mampu menjadi seorang role model bagi anak-anaknya untuk bisa tumbuh sebagai generasi penerus terbaik.
Kita
tidak boleh lupa kata-kata bijak orang terdahulu, “kalau mau belajar tentang arti cinta maka belajarlah pada
seorang ibu, dan jika ingin paham makna pengorbanan maka belajarlah pada
seorang ayah.” Apabila orangtua mampu mengambil maknanya,
pengorbanan dan cinta disatukan dalam keluarga, akan menunjukkan betapa
indahnya masa depan seorang anak dalam bimbingan keluarga.
Namun
kekhawatiran era modern saat ini, banyak anak-anak membuktikan masa remaja
sebagai ajangnya “pemberontakan.” Beragam gejolak perilaku negatif atau
menyimpang terjadi, baik di rumah, sekolah, atau lingkungan sosial lainnya.
Akibatnya banyak anak-anak yang gagal melewati masa transisi menjadi generasi
yang patut dibanggakan.
Sebaliknya
di sisi lain, orangtua yang seharusnya menjadi panutan tidak mampu berbuat
banyak dalam mendidik anaknya. Tentu ini akan menjadi masalah besar bila
perilaku negatif seorang anak tidak bisa dibendung oleh orangtua. Akibatnya
adegan sikap-sikap menyimpang anak tersebut akan terbawa hingga usia dewasa,
bahkan bisa sampai tua.
Oleh
karenanya, orangtua dalam keluarga harus bisa menjadi role model yang patut bagi
anak-anaknya. Ibarat pepatah lama, “buah tak jauh jatuh dari pohonnya” hal
tersebut bisa berlaku pula dalam perilaku seorang anak. Apabila orangtua mampu
mencerminkan sikap yang mendidik, maka mayoritas anaknya pun akan berperilaku
baik, begitu juga sebaliknya.
Apabila
orangtua ingin anaknya rajin membaca dan menulis, maka orangtuanya harus lebih
dahulu memegang buku dan pena. Jika orangtua ingin anaknya rajin ibadah, maka
orangtuanya harus lebih dulu mengagungkan Tuhan. Begitu pula jika ada orangtua
ingin anaknya disiplin, maka orangtua memenuhi sikap disiplin terlebih dulu
dalam keluarga. Pasalnya mengajarkan dengan contoh lebih baik daripada hanya
menyuruh.
Misalnya,
banyak istri memanggil suaminya dengan sebutan ayah, atau sebaliknya demi
mencontohkan kepada anak-anaknya. Hendaknya hal-hal baik lainnya juga
dicontohkan sebagai role
model, meskipun dinilai tindakan yang sangat sederhana. Hal ini
karena apa pun perilaku orangtua, baik atau buruk lambat-laun akan berdampak
pada anak.
Namun
di sisi lain, orangtua tidak boleh masuk terlalu jauh dalam kehidupan seorang
anak. Orangtua harus terbiasa ibarat main layangan kepada anak, “tidak menarik
talinya terlalu dekat dan kencang, tapi juga tidak melepakan talinya terlalu
panjang dan jauh.” Artinya, orangtua tidak terlalu mendikte atau mengekang
dalam mendidik anaknya, tapi tetap anak jangan dibiarkan berperilaku sesuka
hati.
Orangtua
harus memberi kebebasan kepada anaknya dalam menentukan pilihan, baik style, pendidikan,
cita-cita, serta jati dirinya sendiri. Namun di lain sisi, orangtua harus tetap
mengawasi, serta ada batasan yang jelas untuk hal tertentu. Cara yang tepat
untuk orangtua dalam hal ini, semua elemen keluarga hendaknya diajak
berkomunikasi, dan berdiskusi dengan baik, termasuk kepada anaknya.
Begitu
pentingnya peran keluarga untuk pendidikan anak, terutama dalam hal ini lebih
dibebankan kepada kedua orangtua. Tentu disebabkan lingkungan keluarga
merupakan sekolah atau madrasah pertama bagi anak. Kemudian orangtua merupakan
sebagai guru pertama dan utama untuk tumbuh-kembangnya pendidikan seorang anak.
Maka dari itu pula, beban untuk pendidikan anak butuh tanggungjawab yang besar
bagi orangtua.
Dikatakan
lingkungan keluarga sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak, karena
sebagian besar hidup dan waktu yang dihabiskan oleh seorang anak di dalam
keluarga, rumah, dan bersama orangtua. Dampaknya bila keluarga mempraktikan
hidup mendidik yang baik, maka sebagian besar sikap, etika, norma, dan aturan
itu akan tercermin pada anak. Sebaliknya, jika keluarganya berantakan tanpa
aturan maka anak juga akan lebih berantakan pula.
Pendidikan
formal untuk anak sangat penting, sebab pendidikan lebih tinggi derajatnya dari
mata uang, yang akan berlaku dimana pun, dan kapanpun. Setiap generasi berpacu
dengan segala perubahan dan persaingan untuk menjadi yang terbaik. Apalagi di
zaman global dan milinial ini, setiap anak dituntut bisa menguasai teknologi
dan informasi agar bisa bersaing dan bertahan menghadapi kemajuan zaman.
Namun
dengan segala tuntutan zaman tersebut, orangtua jangan lupa selalu menyirami
dan ikut berperan untuk pendidikan anaknya. Hal ini karena zaman sekarang
mayoritas setiap orang perpacu dalam kecanggihan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Informasi (IPTEK), tapi lupa menyiram anaknya dengan ilmu Iman dan Taqwa (Imtaq).
Oleh
sebab itu, peran orangtua sangat penting untuk membangun pondasi yang komplit
bagi anaknya, dibekali IPTEK di sekolah, tapi juga mendapat bimbingan Imtaq
secara langsung dari keluarga di rumah. Tetaplah yakin, pendidikan setinggi
apapun tidak akan berhasil tanpa adanya bekal yang diberikan orangtua di rumah.
Berhasil
atau tidaknya seorang anak di sekolah, tergantung atas do’a, ridha serta
didikan orangtuanya di rumah. Oleh sebab itu, kerjasama antara suami dan istri
sangat penting untuk mendampingi kesuksesan seorang anak. Sepanjang masa, anak
tetap memerlukan bimbingan dari orangtua tanpa batas. Apabila didikan
orangtuanya berhasil, maka anak tersebut juga akan berhasil menularkan ke
generasi selanjutnya.
Bila
merujuk ke pendidikan Islam, dalam Hadist Riwayat Thabrani dan Daruquthuni
disebutkan, “sebaik-baiknya
manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain.” Apabila konsep ini
ditanamkan oleh orangtua kepada anaknya sejak dini, keberkahan senantiasa
mengalir pada dirinya, ke anak-anaknya, ke generasi-generasi berikutnya,
sekaligus juga akan mengalir ke kedua orangtuanya, dan kepada seluruh alam
lingkungan sekitarnya.
Ujung
dari semua ini akan bermuara pada “Baiti Jannati”, dalam keluarga yang mampu
memberikan rasa nyaman, tenteram, dan bahagia untuk melahirkan generasi emas,
yang dibekali IPTEK dan Imtaq. Menggali segala potensi untuk kepentingan dunia,
tapi juga tidak lupa kepada Tuhan dengan segala keagunganNya. (*)
0 Comments
Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !