Hari Ulang Tahun 72 RI, Momentum Memerdekakan Pulau Terluar Mentawai

Tim Ekspedisi Merah Putih PLN Sumbar Kerja Bersama untuk "memerdekakan" warga Mentawai dari kegelapan.
Usia bukanlah patokan kedewasaan namun dewasa cermin dari usia. Indonesia, 72 tahunnya mulai mengurai belenggu kegelapan, di daerah kepulauan.” 

Peringatan Hari Ulang Tahun ke 72 Republik Indonesia, merupakan momentum yang sakral sekaligus memiliki nilai perjalanan serta perjuangan bangsa. Semua elemen masyarakat turut berperan dalam menyambut kedatangan hari ulang tahun ini dengan gegap gempita. Mulai tingkat kota hingga pedesaan. Mulai tingkat anak-anak, bahkan juga dilakukan orang dewasa.

Tak pelak, generasi bangsa atas nama Paskibraka dengan bangganya menghentakkan kaki, dan mengibarkan bendera Merah Putih. Ketika mereka gagal, pasti suasana haru akan membanjiri suasana upacara. Begitu mendidihnya jiwa nasionalisme generasi bangsa, detik-detik peringatan Hari Ulang Tahun ke 72 RI.
Tak heran, banyak anak bangsa yang marah dan jengkel ketika mengetahui gambar sangsaka Merah Putih RI, dipasang terbalik oleh negara jiran, Malaysia. Kemarahan ini bukti besarnya rasa nasionalisme anak bangsa. Rasa nasionalisme ini terus dipupuk lebih dari 250 juta jiwa, yang tersebar di 17 ribu pulau dari Sabang hingga Merauke dengan alam yang begitu indah, dan kaya.

Dengan fenomena ini, diumur 72 tahun menjadi proses kedewasaan bangsa, sekaligus bukti kuatnya jiwa nasionalisme anak bangsa. Meskipun akhir-akhir ini banyak pihak yang mengaku paling nasionalis, dan pancasilais. Kita anggap saja itu, sebagai bukti masih banyaknya rasa memiliki tanah air, dan siap memperjuangkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini.

Bila diibaratkan manusia, 72 tahun bukanlah usia remaja lagi. Namun sayang, masih banyak kesenjangan dirasakan masyarakat, terutama dari segi infrastruktur di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Meskipun saya yakin, pemerintah selalu komitmen menguatkan pondasi bangsa, dan melakukan percepatan pembangunan yang merata.
 
Tanpa lelah menembus gelap, demi "memerdekakan" masyarakat pedalaman
Pada tanggal 17 Agustus 2017, tepat Hari Ulang Tahun ke 72 RI, saya berkesempatan ikut berpartisipasi dalam Ekspedisi Merah Putih Mentawai 2017 bersama PT.PLN Wilayah Sumatera Barat. Dari perjalanan itu, saya menyaksikan langsung kehidupan masyarakat Mentawai. Mereka di daerah pedalaman belumlah merdeka seutuhnya. 

Bayangkan diusia 72 tahun Indonesia merdeka, dari 43 desa di kepulauan Mentawai, baru 20 desa yang teraliri listrik yang hanya beroperasi 17 jam sehari. Selebihnya, lebih dari separoh masyarakat Mentawai belum merdeka dari kegelapan. Padahal, listrik sudah masuk ke Mentawai sejak 1983 yang lalu. 

Melalui Ekspedisi Merah Putih Mentawai 2017 ini, pemerintah sangat berkomitmen “memerdekakan” seluruh nusantara dari belenggu kegelapan. Melalui tangan-tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. PLN Sumbar, yang dikemandoi General Manager, Bambang Yusuf menjadi pahlawan untuk “memerdekakan” masyakarat kepulauan Mentawai. Meskipun melawan badai dan ombak, demi memberi Mentawai merdeka dari gelap.

Dari kegiatan ekspedisi yang berlangsung selama dua hari ini, PLTD Maileppet dan PLTD Pokai akhirnya beroperasi 24 jam terhitung 17 Agustus 2017, yang sebelumnya hanya 17 jam per harinya. Selain itu pula, melalui ekspedisi ini akhirnya PLTD di Betaet resmi dioperasikan. Maka saat ini, sudah terdapat 9 PLTD, yakni Tuapejat, Saibaru, Sikakap, Saomangayak, Peipei, Saibei, Maileppet, Pokai, dan Betaet. 

Terhitung tahun 17 tiga PLTD di Mentawai mendapat tambahan 5 unit mesin baru, 1 unit di PLTD Maileppet, 2 unit PLTD Pokai, dan 2 unit PLTD Sikakap. Tahun 2018 pemerintah melalui PLN kembali menambah 2 unit mesin baru dengan daya 500 kilowatts di Tuapejat, dan 1 unit berdaya 200 kilowatts untuk Maileppet.

Anak-anak Desa Pokai, Siberut Utara Mentawai tetap ceria di Hari Ulang Tahun ke 72 RI
Ini semua sebagai bentuk komitmen pihak pemerintah untuk “memerdekakan” daerah terluar, terdepan, dan tertinggal, termasuk di Mentawai. Adapun tujuan utam anya untuk mempersatukan seluruh nusantara. Misi “memerdekakan” masyarakat dari kegelapan ini engan harapan bisa menumbuhkan ekonomi yang lebih merata.

Maka, inilah uniknya Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar yang dihuni 714 suku lebih, bisa dipersatukan dengan kebutuhan listrik. Sebab, jika belum ada listrik maka bagi masyarakat di pedalaman mereka belumlah merdeka. Maka, tugas kita saat ini secara bersama bahu-membahu, diusia 72 tahun kerja bersama dalam mencapai kemerdekaan sesungguhnya.

Maka sepatutnya kita berbangga, meskipun kita tidak menampik masih banyak yang terasa kurang dan tingginya kesenjangan, tapi dari tahun-ketahun Indonesia semakin “memerdekakan” masyarakat di selurtuh nusantara, terutama di daerah pelosok dan pulau terluar. Tetaplah bangga, jangan menyerah jadi Indonesia. Sebab semakin kita mau menyiang berbagai pedalaman, maka akan luas pula Indonesia di mata kita yang harus "dimerdekakan." Semoga.

0 Comments