Penampilan teater mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP |
GENERASI muda
dituntut punya impian masa depan yang jelas. Makanya tidak jarang orangtua
mendikte langkah-langkah pendidikan yang harus ditempuh oleh anaknya, termasuk
dalam memilih jurusan. Sejak di bangku sekolah, orangtua sudah menempa anaknya di bidang tertentu agar meraih masa depan gemilang, meskipun anaknya berbakat di bidang lain.
Nah, bagi yang sedang
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA),
mulailah pikirkan impian untuk pendidikan yang lebih tinggi. Salah
satunya dengan menggali berbagai informasi seputar jurusan yang ingin ditempuh
di perguruan tinggi nanti. Terutama tentang jurusan bahasa Indonesia, yang
dianggap tidak punya prospek atau kurang prestisius untuk masa depan.
Berikut ada beberapa pandangan
salah kaprah, atau mitos-mitos tentang jurusan bahasa Indonesia selama ini yang menakutkan.
Monggo dibaca, agar tidak terlalu manut dengan prasangka
negatif yang diciptakan selama ini.
Banyak yang beranggapan
bahwa jurusan bahasa Indonesia terlalu gampang, apalagi dibandingkan dengan
jurusan lainnya, misalnya jurusan IPA, teknik, hukum, atau bidang sains
lainnya. Padahal tanpa ilmu bahasa, ilmu-ilmu lainnya itu tidak berguna, sebab
tidak akan bisa dibaca dan dimaknai.
Contoh kecilnya, bayangkan
bidang hukum, misalnya bila seorang hakim tidak bisa memahami makna kata
“dibunuh” dan “terbunuh”, bisa berakibat fatal proses hukum yang ditanganinya.
Apakah bahasa Indonesia masih dianggap enteng?
Sebenarnya apapun jurusan
dan profesi seseorang sangat dibutuhkan kecerdasan berbahasa Indonesia yang
baik dan benar. Jadi, tidak ada istilah jurusan rendahan atau jurusan favorit.
Percayalah, semua ilmu tidak ada yang sia-sia untuk dipelajari.
2.
Jurusan bahasa Indonesia tidak perlu
Ada yang beranggapan,
tidak perlu kuliah bahasa Indonesia, sebab kita sejak lahir sudah menjadi orang
Indonesia, tinggal di Indonesia, dan dipastikan akan mengerti bahasa Indonesia.
Padahal, tidak ada jaminan bahwa orang Indonesia pasti pandai berbahasa
Indonesia.
Sebenarnya kuliah di
jurusan bahasa Indonesia bukan hanya agar bisa berbahasa saja. Sebab, banyak
cabang ilmu bahasa yang harus dipelajari. Mulai dari fonologi, morfologi,
sintaksis, serta semantik, dengan beragam kajian, turunan, klasifikasi, jenis,
hakikat, bentuk, makna, dan contoh. Makanya anak bahasa cenderung lebih kritis,
peka, sensitif, dan berani, hanya karena mendengar kesalahan satu kata.
3.
Jurusan bahasa Indonesia tidak
bergengsi
Jika masih ragu kuliah di
jurusan bahasa Indonesia, sebaiknya hilangkanlah pikiran negatif itu. Sebab,
sudah banyak universitas ternama di luar negeri yang membuka jurusan bahasa
Indonesia, yakni Hankuk Univeristy of Foreign Studies (Korea
Selatan), Tokyo University of Foreign Studies (Jepang), University
of Shouthern Queensland (Australia), University of Melbourne (Australia), Taras
Shevchenko National University of Kyiv (Ukraina), University
of Hawaii at Manoa (Hawai Amerika Serikat), Yale University (Amerika
Serikat), Universitas Mohammed V (Maroko), Hong Bang
University (Vietnam), Leiden University (Belanda),
dan SOAS University of London (Inggris).
Selain itu,
sudah banyak sekolah di luar negeri bahkan sudah mewajibkan belajar bahasa
Indonesia, misalnya sekolah-sekolah yanga ada di Australia.
Hal ini bukti bahasa Indonesia ialah jurusan yang
diapresiasi dan dianggap penting oleh bangsa-bangsa di
dunia. Jadi, mulai sekarang jangan minder lagi dengan jurusan bahasa Indonesia.
4.
Jurusan bahasa Indonesia hanya
menulis, membaca dan meneliti sastra
Tidak ada yang salah, tapi
bukan berarti semua pernyataan itu benar. Mahasiswa jurusan bahasa Indonesia memang
dituntut rajin membaca buku, terutama buku-buku bahasa dan sastra seperti puisi,
cerpen, novel, drama, pantun, atau esai serta penelitian-penelitian tentang
bahasa dan sastra.
Membaca buku memang
diharuskan, namun bukan melulu buku bahasa dan sastra saja. Semua buku memang harus “dilahap” oleh mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Buku
bahasa, sastra, dan masyarakat ialah “laboratorium” bagi mahasiswa jurusan
bahasa Indonesia. Sebab, mereka bukan hanya meneliti bahasa, sastra, tapi juga
meneliti sikap berbahasa masyarakat sehari-hari.
Selain itu, mahasiswa
jurusan bahasa Indonesia juga belajar manajemen, jurnalistik, broadcasting,
sejarah bahasa dan sastra, serta praktik drama. Makanya mahasiswa jurusan
bahasa Indonesia selain rajin membaca, bisa menulis, pandai bersosialisasi,
pandai berbicara, dan sekaligus bisa menjadi pendengar yang setia karena
memiliki wawasan yang luas.
5.
Setelah lulus, jurusan bahasa
Indonesia kerjanya tidak jelas
Nah, ini mungkin banyak
menjadi pertanyaan bagi orangtua, tetangga, teman, atau orang terkasih. Mulai
serkarang, kita harus pede menjawab prospek kerja lulusan
jurusan bahasa Indonesia. Banyak peluang bagi lulusan jurusan ini, seperti
menjadi guru, atau dosen diberbagai instansi dalam dan luar negeri.
Selain itu, jika tidak
ingin berkecimpung sebagai pendidik, juga bisa mengambil peluang sebagai jurnalis,
ahli bahasa, peneliti, penulis, editor, pembawa acara, kritikus,
sastrawan, motivator, aktor/aktris, sutradara, entertaimen, dan konsultan
bahasa diberbagai lembaga/instansi swasta atau pemerintahan. Namun juga tidak
jarang banyak lulusan bahasa Indonesia “menyeberang” ke profesi lainnya, seperti
kerja di bank dan perusahaan lainnya. So, jangan khawatir, asalkan punya skill.
Jadi, apakah masih percaya
dan takut dengan mitos-mitos selama ini? Mari beranilah mencintai bahasa nasional kita. Jika bukan kita yang peduli, siapa lagi? Ayo,
bangga lah sebagai pewaris bahasa Indonesia.*
0 Comments
Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !