Kuliah di Jurusan Bahasa Indonesia, Siapa Takut !

Penampilan teater mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP
GENERASI muda dituntut punya impian masa depan yang jelas. Makanya tidak jarang orangtua mendikte langkah-langkah pendidikan yang harus ditempuh oleh anaknya, termasuk dalam memilih jurusan. Sejak di bangku sekolah, orangtua sudah menempa anaknya di bidang tertentu agar meraih masa depan gemilang, meskipun anaknya berbakat di bidang lain.

Nah, bagi yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA), mulailah pikirkan impian untuk pendidikan yang lebih tinggi. Salah satunya dengan menggali berbagai informasi seputar jurusan yang ingin ditempuh di perguruan tinggi nanti. Terutama tentang jurusan bahasa Indonesia, yang dianggap tidak punya prospek atau kurang prestisius untuk masa depan.

Berikut ada beberapa pandangan salah kaprah, atau mitos-mitos tentang jurusan bahasa Indonesia selama ini yang menakutkan. Monggo dibaca, agar tidak terlalu manut dengan prasangka negatif yang diciptakan selama ini. 

 1.    Jurusan bahasa Indonesia dianggap mudah
Banyak yang beranggapan bahwa jurusan bahasa Indonesia terlalu gampang, apalagi dibandingkan dengan jurusan lainnya, misalnya jurusan IPA, teknik, hukum, atau bidang sains lainnya. Padahal tanpa ilmu bahasa, ilmu-ilmu lainnya itu tidak berguna, sebab tidak akan bisa dibaca dan dimaknai.

Contoh kecilnya, bayangkan bidang hukum, misalnya bila seorang hakim tidak bisa memahami makna kata “dibunuh” dan “terbunuh”, bisa berakibat fatal proses hukum yang ditanganinya. Apakah bahasa Indonesia masih dianggap enteng?

Sebenarnya apapun jurusan dan profesi seseorang sangat dibutuhkan kecerdasan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi, tidak ada istilah jurusan rendahan atau jurusan favorit. Percayalah, semua ilmu tidak ada yang sia-sia untuk dipelajari.

2.    Jurusan bahasa Indonesia tidak perlu
Ada yang beranggapan, tidak perlu kuliah bahasa Indonesia, sebab kita sejak lahir sudah menjadi orang Indonesia, tinggal di Indonesia, dan dipastikan akan mengerti bahasa Indonesia. Padahal, tidak ada jaminan bahwa orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia.

Sebenarnya kuliah di jurusan bahasa Indonesia bukan hanya agar bisa berbahasa saja. Sebab, banyak cabang ilmu bahasa yang harus dipelajari. Mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, serta semantik, dengan beragam kajian, turunan, klasifikasi, jenis, hakikat, bentuk, makna, dan contoh. Makanya anak bahasa cenderung lebih kritis, peka, sensitif, dan berani, hanya karena mendengar kesalahan satu kata.

3.    Jurusan bahasa Indonesia tidak bergengsi
Jika masih ragu kuliah di jurusan bahasa Indonesia, sebaiknya hilangkanlah pikiran negatif itu. Sebab, sudah banyak universitas ternama di luar negeri yang membuka jurusan bahasa Indonesia, yakni Hankuk Univeristy of Foreign Studies (Korea Selatan), Tokyo University of Foreign Studies (Jepang), University of Shouthern Queensland (Australia), University of Melbourne (Australia), Taras Shevchenko National University of Kyiv (Ukraina), University of Hawaii at Manoa (Hawai Amerika Serikat), Yale University (Amerika Serikat), Universitas Mohammed V (Maroko), Hong Bang University (Vietnam), Leiden University (Belanda), dan SOAS University of London (Inggris).

Selain itu, sudah banyak sekolah di luar negeri bahkan sudah mewajibkan belajar bahasa Indonesia, misalnya sekolah-sekolah yanga ada di Australia. Hal ini bukti bahasa Indonesia ialah jurusan yang diapresiasi dan dianggap penting oleh bangsa-bangsa di dunia. Jadi, mulai sekarang jangan minder lagi dengan jurusan bahasa Indonesia.

4.    Jurusan bahasa Indonesia hanya menulis, membaca dan meneliti sastra
Tidak ada yang salah, tapi bukan berarti semua pernyataan itu benar. Mahasiswa jurusan bahasa Indonesia memang dituntut rajin membaca buku, terutama buku-buku bahasa dan sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, pantun, atau esai serta penelitian-penelitian tentang bahasa dan sastra.

Membaca buku memang diharuskan, namun bukan melulu buku bahasa dan sastra saja. Semua buku memang harus “dilahap” oleh mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Buku bahasa, sastra, dan masyarakat ialah “laboratorium” bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Sebab, mereka bukan hanya meneliti bahasa, sastra, tapi juga meneliti sikap berbahasa masyarakat sehari-hari.

Selain itu, mahasiswa jurusan bahasa Indonesia juga belajar manajemen, jurnalistik, broadcasting, sejarah bahasa dan sastra, serta praktik drama. Makanya mahasiswa jurusan bahasa Indonesia selain rajin membaca, bisa menulis, pandai bersosialisasi, pandai berbicara, dan sekaligus bisa menjadi pendengar yang setia karena memiliki wawasan yang luas.

5.    Setelah lulus, jurusan bahasa Indonesia kerjanya tidak jelas
Nah, ini mungkin banyak menjadi pertanyaan bagi orangtua, tetangga, teman, atau orang terkasih. Mulai serkarang, kita harus pede menjawab prospek kerja lulusan jurusan bahasa Indonesia. Banyak peluang bagi lulusan jurusan ini, seperti menjadi guru, atau dosen diberbagai instansi dalam dan luar negeri.

Selain itu, jika tidak ingin berkecimpung sebagai pendidik, juga bisa mengambil peluang sebagai jurnalis, ahli bahasa, peneliti, penulis, editor, pembawa acara, kritikus, sastrawan, motivator, aktor/aktris, sutradara, entertaimen, dan konsultan bahasa diberbagai lembaga/instansi swasta atau pemerintahan. Namun juga tidak jarang banyak lulusan bahasa Indonesia “menyeberang” ke profesi lainnya, seperti kerja di bank dan perusahaan lainnya. So, jangan khawatir, asalkan punya skill.

Jadi, apakah masih percaya dan takut dengan mitos-mitos selama ini? Mari beranilah mencintai bahasa nasional kita. Jika bukan kita yang peduli, siapa lagi? Ayo, bangga lah sebagai pewaris bahasa Indonesia.*

0 Comments