PADANG- Mudik,
ialah kata terindah bagi perantau, termasuk aku. Sejak 2007 yang silam, aku
resmi menjadi seorang perantau. Memang tidak terlalu jauh, hanya sekian jam
dari daerah asalku, sebuah desa kecil di Kabupaten Mukomuko wilayah provinsi
yang dijuluki tanah rafflesia, Bengkulu.
Merantau,
bagiku ialah keadaan yang menyimpan dua rasa sekaligus. Rasa yang paling
membahagikan, sekaligus juga paling menyedihkan. Bahagia melihat sisi lain di
negeri orang, serta tanpa beban diketahui orang sekampung beratnya hidup di
rantau orang. Namun di sisi lain, rasa sedih meninggalkan orang terkasih
(keluarga), sebab tanpa ada yang terkasih pengganti di perantauan.
Nah,
alasan itu pula mudik menjadi hal terindah bagiku. Sungguh, mendengar kata
mudik ingin rasanya memutar waktu lebih cepat. Spesialnya mudik, tentu tidak
akan aku sia-siakan. Segala sesuatu harus dipersiapkan dengan matang, apalagi
mudik dengan sepeda motor.
Bukan
hanya baju lebaran, oleh-oleh, atau persiapan sepeda motornya. Namun juga
persiapan energi lebih diutamakan. Tujuannya, agar suasana mudik menjadi aman,
fresh, bugar, serta bisa sampai tujuan dengan selamat.
Sebab
perjalanan mudiknya masih dalam keadaan berpuasa, ketika sahur aku harus
mengonsumsi pangan aman, baik minuman atau makanannya. Misalnya saja sahur
dengan menu gizi yang cukup, seperti lauk-pauk, ikan atau ayam. Serta minum
susu atau minuman berenergi tanpa soda.
0 Comments
Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !