Tanggap Bencana, Edukasi Warganya Deteksi Resikonya


PADANG - Sumatera Barat (Sumbar), memang menyimpan destinasi wisata yang menakjubkan. Pasalnya Sumbar salah satu daerah yang banyak memiliki pulau-pulau kecil yang dikeliling lautan. Sebab itu pula Sumbar termasuk dalam daftar daerah yang rawan bencana, terutama di kawasan pesisir pantai.

Kota Padang salah satunya memiliki kerentanan terhadap bencana, diantaranya gempa bumi, tsunami, banjir, longsor serta bencana alam lainnya. Sesuai itu pula, sangat mutlak diperlukan pemahaman tentang deteksi dini kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat.

Deteksi dini ini bisa dilakukan dengan berbagai pelatihan, diskusi, seminar, dan edukasi terkait pencegahan, menghadapi bencana, dan pascabencana. Misalnya dengan mengadakan berbagai pelatihan siaga bencana dalam konsep tangguh bencana. Mulai ditingkat kelurahan hingga tingkat provinsi dan pusat.

Kegiatan ini tentu untuk memperkecil resiko bencana dan siap menghadapi bencana nantinya. Setiap perwakilan tim kesiapsiagaan bencana berada di kelurahan, harus mampu menjadi perpanjangan tangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di pusat kabupaten/kota.

Khususnya di Kota Padang, beberapa bulan yang lalu sudah berdiri Taman Edukasi Bencana (TEB) di kawasan Danau Cimpago Pantai Padang. TEB ini sebagai bentuk dan upaya yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mencerdaskan warga Kota Padang agar tanggap terhadap bencana.

Sesuai pemaparan Kepala BNPB Pusat, Wiliem Rampangilei waktu itu, TEB ini dinilai penting untuk memberi edukasi kepada masyarakat. Selain Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana, kecenderungannya akan semakin meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana seiring perubahan iklim, serta cuaca adanya potensi bencana baru yang signifikan.

Pengetahuan dan kapasitas masyarakat budaya sadar bencana masih perlu ditingkatkan. Peningkatan itu harus komprehensif, salah satunya melalui edukasi masyarakat dengan menghadirkan TEB ini,” tutur Wiliem saat itu.


Dalam penuturannya, TEB ini salah satu upaya edukasi sebagai cara yang paling tepat dan paling efektif untuk meningkatkan kapasitas, pengetahuan, serta budaya sadar bencana bagi masyarakat, agar selalu siap dalam menghadapi bencana yang akan terjadi.

Selain itu, upaya ini tentu tidak bisa dihadapi sendiri. Perlu kerjasama dan sinergisitas semua pihak dalam rangka penanggulangan bencana ini, dan deteksi dini bencana, terutama dalam menimalisir resiko bencana yang akan terjadi, baik musibah gempa, longsor, dan tsunami.

Penjelasan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit  di Hotel Pangeran Padang, Rabu (5/9/2018) pekan lalu, ada berbagai prediksi-prediksi bencana yang akan melanda Sumbar ke depannya, terutama musibah tsunami. Jika memang terjadi, tentu ini akan berdampak besar bagi Kota Padang, Pesisir Selatan, bahkan Mukomuko Bengkulu.

“Semua elemen masyarakat baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, BPBD, TNI, Polri, BMKG, Basarnas, dan masyarakat harus bersinergi, serta terus menjaga koordinasi, agar masyarakat siap untuk selamat jika bencana datang,” kata Nasrul waktu itu.

Edukasi tanggap bencana ini tentu tidak hanya sebatas TEB belaka. Perlu dididik dan dilatih para fasilitator siaga bencana di berbagai daerah. Fasilitator ini nantinya akan berbagai kepada masyarakat terkait budaya sadar bencana, agar siap dalam menghadapi bencana baik itu banjir, longsor, gempa bumi, bahkan tsunami, agar

Fasilitator ini juga disiapkan dengan berbagai pembekalan, agar bisa membantu pemerintah dalam proses evakuasi warga apabila terjadi bencana, dan terlibat langsung dalam proses tanggap darurat apabila terjadi bencana dalam jumlah besar, apalagi pascabencana.

“Masyarakat harus dicerdaskan dalam pendidikan dan pelatihan tanggap bencana sebagai perpanjangan pemerintah. Minimal mereka tidak panik dan trauma ketika bencana datang, yakni kenali bahayanya kurangi resikonya,” kata Walikota Padang, Mahyeldi saat ditemui di salah satu acara beberapa pekan yang lalu.

BNPB Sumbar ikut andil dalam membersihkan Sungat Batang Arau Padang. (Foto: Wahyu)

Khusus di Kota Padang, dalam menghadapi berbagai prediksi bencana yang akan terjadi, sangat penting bagi pemerintah mensosialisasikan budaya hidup sehat, dan peduli lingkungan. Upaya ini, sebelum bencana terjadi masyarakat harus mengenali bahayanya dan mengurangi resiko bencana tersebut.

Salah satu yang sedang dilakukan pemerintah Kota Padang, ialah mulai membersihkan dan memperbaiki semua saluran air, irigasi, selokan, bahkan sungai yang ada di Kota Padang. Selain itu, tepat Sabtu 15 September 2018 ini juga akan dilakukan Aksi Bersih di hampir semua daerah di Sumbar, untuk mewujudkan Sumbar bebas sampah.

“Kegiatan ini diiniasi oleh World Cleanup Day (WCD) yang melibatkan 380 atau 5 persen populasi dunia. Khusus di Indonesia, sekitar 13 juta di 34 provinsi, sedangkan di Sumbar sekitar 250.000 orang akan ikut andil, sebagai budaya sadar bencana,” kata Muthia, seorang pagiat WCD Sumbar. *

0 Comments