Kuliner Unik Khas Melayu, Nikmatnya Lemang Pisang dan Lemang Ubi Mukomuko



LEMANG, mayoritas sudah tahu sebagai makanan khas bangsa Melayu. Makanan ini sejenis lontong atau ketupat. Hanya saja proses memasaknya cukup unik, menggunakan bambu dan ‘disangai’ di atas bara api.

Pada daerah-daerah tertentu lemang menjadi santapan khas dan langka. Artinya tidak setiap waktu bisa makan lemang, sebab tidak setiap hari orang masak lemang. Hanya di hari-hari besar atau hajatan khusus saja masyarakat memasak lemang ini.

Misalnya di daerah Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu, lemang hanya bisa ditemukan saat pesta adat, atau hari besar Islam. Masyarakat di daerah ini, masak lemang sering dilakukan satu hari menjelang Hari Raya Idul Adha.

Umumnya orang hanya tahu lemang terbuat dari beras ketan. Uniknya, bagi masyarakat di daerah Kecamatan V Koto, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu ini, sering memasak lemang berbahan baku pisang, ubi kayu (singkong), bahkan labu.


Lemang pisang ini bisa bervariasi, dicampuri dengan beras kentan. Rasanya manis, harum, dan mengenyangkan. Kalau lemang ubi rasanya seperti lempuk ubi, alias dodol ubi. Dengan paduan rasa gurih, manis, dan harum. Begitu pula dengan lemang labu, tapi lemang labu ini jarang, sebab bahan bakunya susah didapatkan.

Dalam catatan sejarah, lemang ini makanan khas Melayu. Makanya saat ini lemang hampir bisa dijumpai di setiap daerah berpenduduk Melayu. Mulai dari Suku Melayu, Minangkabau, Dayak, Banjar yang tersebar di seluruh Nusantara.

Khusus lemang yang terbuat dari beras kentan, akan lebih nikmat lagi bila disantap dengan tapai, selai, manisan gula, es durian, dan dihidangkan dengan goreng pisang. Juga bisa pengganti nasi jika dimakan dengan rendang, telur, sambal teri, tempoyak, dan lauk-pauk lainnya.

Bukan itu saja, pasti akan terasa lebih nikmat tiada duanya, dan bisa lebih cepat mengenyangkan, bila makan lemang ini suap-suapan dengan orang yang paling spesial. Mmmmm….


Proses Memasak Lemang Pisang Atau Lemang Ubi
Lemang pisang dan lemang ubi ini, proses memasaknya sama dengan lemang ketan. Hanya saja lebih menguras tenaga. Pisang harus dihancurkan (ditumbuk) terlebih dulu selunak-lunaknya. Agar rasanya lebih bervariasi, bisa dicampur dengan beras kentan.


Begitu pula kalau bahan lemang dari ubi kayu, harus diparut dengan alat khusus agar ubi lebih lunak. Agar lebih berasa, enak, gurih, dan harum, ubi kayu yang sudah diparut harus dicampur dengan gula merah, garam, atau penyedap rasa lainnya.

Kemudian dilanjut dengan pencarian bambu khusus. Jika tidak, lemang pisang atau lemang ubi ini bisa hangus, terlalu lembek, atau terlalu keras. Setelah itu juga harus mencari dan memilih daun pisang yang pas untuk dimasukkan dalam bambu.

Setelah semua bambu dan daun pisang dibersihkan, daun pisang tersebut digulung dan dimasukkan ke dalam bambu dengan menggunakan ruas pelepah pisang. Setelah itu, pisang atau ubi kayu yang sudah dilunakkan, dimasukkan ke dalam ruas bambu secukupnya.

Nah, setelah melewati semua proses itu, bambu-bambu yang sudah berisikan pisang atau ubi tadi, siap ‘disangai’ atau ‘disalai’ di kobaran bara api. Ingat ya, bukan dibakar, tapi hanya diletakkan di pinggiran bara api sekira satu jam lebih.

Dalam proses ini, kita harus membuat api unggun dengan potongan kayu yang lumayan besar. Sebab proses memasaknya butuh waktu cukup lama. Tapi nyala apinya tidak boleh terlalu besar, agar lemangnya tidak hangus.

Setelah itu, semua bambu yang ‘disangai’ tadi posisi permukaannya harus sering-sering dialihkan. Tujuannya agar lemangnya hanya tidak hanya masak sebelah, atau separoh matang.




Apabila sudah sekitar satu jam, dan semua permukaan bambu di pinggiran bara api tadi layu, artinya lemang itu sudah matang. Maka proses terakhir ini yang lebih rumit, sebab setelah lemangnya matang, kita harus mencicipinya sampai kenyang.

Sebenarnya sih, bukan mencari bahan yang susah, atau proses memasak lemangnya yang cukup rumit. Tapi selain dengan keluarga, dengan siapa kita harus berjuang membuat lemang, agar hidup tidak lagi gamang. Hehehee…mblo.* 

3 Comments

  1. Masih sama kayak di Sumbar ternyata. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Bay. Mukomuko itu budayanya juga hampir sama dengan Minang. Terima kasih udah mampir. Hehehehe

      Delete
  2. Wah kayaknya unik banget ya rasanya. Di masak pakai bambu gitu soalnya

    ReplyDelete

Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !