Koperasi Wanita Paduli Basamo, Kontribusi Zaman Now untuk Kesejahteraan Petani


ERA revulosi industri 4.0 terus mengubah semua lini sektor kehidupan, termasuk di bidang koperasi. Tentu hal ini tantangan baru bagi koperasi, yang bukan lagi sekedar cara berbisnis di era digital. Melainkan, harus mengubah mindset dalam sistem tata kelola secara menyeluruh.

Bertahanannya sebuah koperasi patut diapresiasi dan diacungi jempol. Sudah tentu, karena tidak semua koperasi bisa mempertahankan dan membangun komitmen bersama. Apalagi, koperasi yang sudah mampu membangun kesejahteraan dan membangkitkan ekonomi bersama, terutama bagi anggotanya.

Salah satunya, Koperasi Wanita Paduli Basamo Kandang Melabung, Nagari Lawang Mandahiling, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar). Beragam tantangan dihadapi koperasi yang semuanya wanita ini. Terutama semenjak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) tahun 2014.

Koperasi ini letaknya di Jalan Raya Batusangkar-Bukittinggi ini, peninggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam PNPM-MP tahun 2007. Berawal dari satu kelompok wanita yang menjadi kreditur program Simpan Pinam Perempuan (SPP) PNPM-MP. Kini, koperasi ini sudah menghasilkan tiga unit usaha. Diantaranya toko serba ada dan satu toko pakaian yang telah diserahkan sepenuhnya kepada anggota masing-masing.

Koperasi ini berjalan terbilang cukup sukses. Bahkan, sudah menjelma menjadi tiang utama untuk menopang kebutuhan anggotanya. Beragam kebutuhan, terutama untuk sektor pertanian dan memulai usaha bisa dibantu dengan koperasi ini. Pasalnya, dana bergulir program PNPM itu masih dimanfaatkan anggota dengan sistem simpan pinjam.

Meskipun semua anggotanya perempuan, namun koperasi ini hingga kini mengelola Rp350 juta dana bergulir peninggalan PNMM dan sekitar Rp170 juta modal mandiri dari 60 anggota. Bahkan, dana bergulir PNPM sudah berbadan hukum dan dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Salimpaung.

Koperasi ini juga tengah berupaya mendukung anggotanya mendirikan usaha sendiri dengan sistem bagi hasil. Nanti, setelah usaha itu mampu berdiri sendiri, baik dalam pengelolaan dan keuangan, usaha itu akan siserahkan sepenuhnya kepada anggota. Kemudian, dana pinjaman ditarik untuk digulirkan kepada anggota yang lain.

"Awalnya anggota kami hanya 20 orang petani. Kini, sudah tiga unit usaha berhasil kita bangun, dan itu 100 persen milik anggota, serta masih berjalan dengan baik hingga sekarang. Rapat Anggota Tahunan terakhir, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi sekitar Rp65 juta, dan total aset Rp608 juta,” tutur Desmita, selaku pengurus Koperasi Wanita Paduli Basamo tersebut saat ditemui.

Ia menjelaskan, pihaknya ke depan akan membuat program pembiayaan untuk sektor pertanian. Apalagi, memang mayoritas anggotanya petani, sehingga bisa mengajukan pinjaman untuk modal tanam, dan membayarnya seusai panen. Tentu program ini diharapkan bisa benar-benar bisa dirasakan manfaatnya bagi petani nantinya.

Desmita mengulang ceritanya. Awalnya, jumlah anggota koperasi ini hanya 20 orang yang berlatarkan petani. Adanya SPP tentu sangat membantu mereka, sehingga terus berkembang dan dana bergulir terus bertambah, bahkan mencapai ratusan juta. Kemudian PNPM-MP resmi dihentikan pemerintah 2014, namun koperasi ini terus bertahan, bertransformasi dan terus berkembang.

Otomatis dana bergulir yang anggota manfaatkan selama ini terancam hilang. Namun, karena banyaknya tantangan, kian menempa Koperasi Wanita Paduli Basamo Kandang Melabung untuk terus bertahan hingga kini. Pada tahun 2015, akhirnya Koperasi Wanita Paduli Basamo sudah berbadan hukum. Meskipun begitu, setiap bulannya koperasi ini, harus mengeluarkan satu persen untuk dana bergulir itu.

“Akibatnya bunga yang diberikan pada anggota cukup tinggi, yakni 1,67 persen per bulan. Kami berharap ada bantuan dana hibah dari pemerintahan, agar modal sendiri yang diputarkan koperasi bisa bertambah, dan bunga yang diberikan ke anggota bisa dipangkas,” ujar Desmita.

Menanggapi hal itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Yusran Ance sangat mengapresiasi Koperasi Wanita Paduli Basamo itu. Ia menyampaikan, data Dinas Koperasi dan UKM Sumbar sudah mencapai 3.624 koperasi yang beroperasi, namun hanya 2.815 unit yang aktif.

“Kemungkinan mendapatkan dana hibah dari pemerintah pusat itu selalu ada. Kalau dinilai layak, tentu akan mendapat bantuan. Siapkan saja proposal dan rencana kerja ke depan dulu,” ungkap Yusran.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengimbau, agar masyarakat mulai mewujudkan koperasi di era digital. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0, kaum millenial sudah beralih ke koperasi digital. Tentu dengan memanfaatkan teknologi, dengan segala manajemen koperasi juga harus menggunakan teknologi.

Ia mencontohkan Gojek dan Grab, sebagai wujud koperasi di era digital saat ini. Kedua aplikasi tersebut merupakan koperasi terbesar di Indonesia hingga saat ini. Maka sebab itu, JK berharap koperasi saat ini bukan hanya dipahami sarana simpan pinjam, tapi juga harus menyesuaikan perkembangan teknologi.

“Koperasi itu sebenarnya bukan hanya simpan pinjam biasa, tapi koperasi yang mampu memanfaatkan teknologi, untuk menjangkau manfaat yang lebih luas. Makanya, inovasi dan teknologi digabungkan untuk menjadi sesuatu yang hebat, termasuk dalam koperasi untuk mendorong kemajuan bangsa secara bersama,” ungkap JK saat berkunjung ke Universitas Negeri Padang, September lalu.*

0 Comments