Kunjungi Museum sebagai Tanda Cinta


Saat seseorang jatuh cinta, banyak kata dan nada yang terurai dalam melodi. Tapi sangat jarang orang mengerti kenapa ada cinta, dan kenapa harus melodi. Persis dengan museum yang terbujur kaku di tengah globalisasi, padahal berbagai kisah peradaban terkubur di dalamnya.

PADANG- Meminjam kata Khalil Gibran; “Semua cinta itu harus diungkapkan, karena gak ada cinta yang gak diungkapkan, kecuali oleh orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.Kalimat romantis itu mungkin bisa menjadi referensi ketika rasa cinta, sebagai alasan yang harus diungkapkan. Rasa cinta itu bisa untuk apa saja, dan boleh ditujukan kepada siapa saja, termasuk cinta pada tanah air. Meskipun sebenarnya, cinta itu tidak mutlak harus diungkapkan sebagai pertanda cinta.


Ungkapan rasa cinta tanah air itu bisa dibuktikan dengan mencinta museum di negeri ini, sebagai salah satu wujud bela negara. Tentu hal ini karena Indonesia sebagai negara besar yang semakin “dewasa”, keberadaan museum sangat mutlak haruslah ada. Berdasarkan informasi dari kebudayaan.kemdikbud.go.id saat ini terdapat kurang-lebih 300 museum di seluruh Indonesia, baik di perkotaan atau pedesaan. Pasalnya jumlah ini pun masih sedikit dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.

Berdasarkan informasi dari id.wikipedia.org, di Sumatera Barat (Sumbar) saja terdapat 14 museum yang terdaftar. Semua museum yang terdapat di Sumbar tersebar di Kota Padang, Bukittinggi, Sawahlunto, Padang Panjang, Agam, Tanah Datar, dan Limapuluh Kota. Begitu pula di provinsi lainnya, berbagai museum dengan berbagai jenis koleksinya. Setidaknya dengan jumlah yang ada di berbagai provinsi tersebut seharusnya mendapat perhatian lebih di hati masyarakatnya sendiri. Termasuk museum yang ada di Sumbar.

Berbagai pemberitaaan jumlah museum terus mengalami peningkatan, terutama museum swasta. Peningkatan jumlah ini tentu saja sebagai salah satu indikasi positif adanya dukungan dari masyarakat atas keberadaan museum, sebagai wadah pelestarian budaya dan sejarah. Mirisnya, sebagian masyarakat masih belum begitu mengerti dan paham dengan pentingnya keberadaan museum tersebut. Akibatnya museum hanya dianggap sebagai tempat pajangan belaka, terasa asing, dan belum mendapat tempat yang spesial di hati sebagian masyarakat.

Padahal museum bukanlah hanya sekedar tempat pajangan, ajang atraksi, atau rekreasi belaka, namun juga sebagai wadah edukasi bagi generasi muda. Namun sayang, zaman sekarang sebagian masyarakat masih melirik museum dengan sebelah mata. Banyak masyarakat, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa lebih memilih liburan ke mall, ke luar negeri, atau hanya ke pantai dibanding dengan liburan ke museum. Masih banyak keluarga yang memberi kesenangan pada anak-anaknya tanpa membawa “oleh-oleh” edukasi yang lebih berarti daripada mengunjungi museum, sebagai tanda cinta.

Mirisnya lagi, kaum akademisi pun bisa dipastikan masih banyak yang belum mengerti dengan keberadaan museum, selain untuk tempat riset semata. Seharusnya para akademisi punya peran yang penting dalam mengenalkan museum ke masyarakat, terutama pada generasi muda. Misalnya mengajak para peserta didik, baik siswa atau mahasiswa berkunjung ke berbagai museum. Tapi kenyataannya, para akademisi, baik guru atau dosen banyak yang lebih memilih jalan-jalan ke tempat wisata atau pusat kota di luar negeri, dibanding ke museum di negerinya sendiri.

Tumbuhkan Cinta Sejak Dini
Ratusan jumlah museum yang berdiri di negeri ini,  namun sebagian masyarakat belum begitu akrab dan mengenali keberadaannya. Tentu ini sebagai indikasi masih kurangnya rasa cinta masyarakat pada museum. Kita juga tidak bisa menyangkal, bahwa rasa ketidakcintaan ini disebabkan berbagai faktor. Bisa jadi bukan hanya karena tidak cinta, tapi karena belum begitu mengenal museum tersebut. Bukankah rasa cinta akan muncul karena terbiasa? Bukankan kita juga tahu terbiasa karena setelah mengenalnya?

Rasa cinta itu agaknya perlu pula diajarkan ke generasi muda, terutama rasa cinta museum di negeri ini. Rasa cinta itu tidak cukup hanya dengan kata C.I.N.T.A seperti lagu yang dipopulerkan Bagindas, tapi juga perlu Cinta Butuh Bukti dalam lagu yang dipopulerkan Maudi Ayunda. Cara mudah pembuktian cinta pada museum salah satunya dengan cara mengunjungi museum tersebut, menjaga, dan mengedukasikannya pada masyarakat lainnya. Kecintaan pada museum sebagai bukti cinta pada bangsa, dan negara sebagai

Mulailah memupuk rasa cinta tersebut dengan mengunjungi museum yang ada. Misalnya disaat waktu luang, sempatkan mengunjungi museum bersama keluarga, anak, atau peserta didik. Edukasikan dalam bentuk kunjungan ini akan menanamkan rasa cinta keluarga, anak, peserta didik. Yakinlah, bisa dipastikan setelah keluar dari museum, banyak cerita, dan pertanyaan yang akan tertera dibenak keluarga, anak, atau peserta didik. Pertanyaan tersebut sebagai bentuk keingintahuan yang lebih dalam, yang akan menumbuhkan rasa cinta pada museum.

Apalagi berkunjung ke museum yang memiliki nilai sejarah masa lalu yang dalam, lengkap, dan unik, bisa dipastikan rasa cinta di hati anak atau peserta didik itu akan tumbuh semakin besar pada negeri ini. Betapa tidak, segala bentuk peradaban manusia juga bisa ditemukan di museum. Begitu pula dengan peninggalan berbagai sejarah, suku, ras, agama, budaya, dan bangsa bisa digali di museum. Kunjungan ke museum sebagai bukti membuka jendela berbagai informasi, sekaligus rekreasi.

Kita akui, keberadaan museum saat ini semakin mengalami “perlawanan” di tengah menjulangnya kehidupan masyarakat modern. Sebagian masyarakat hanya sibuk dengan kehidupannya sendiri. Baik dengan usaha, bisnis, pendidikan, keluarga, karir, dan sebagainya. Tapi banyak yang tidak tahu-menahu dengan dunia zaman sebelumnya yang membawanya ke masa sekarang. Sebagian besar orang hanya mampu melihat ke depan, tapi enggan menoleh ke belakang. Apa salahnya sekali-kali melihat ke belakang, melihat masa lampau, dengan segala pernak-pernik peninggalannya.

Apakah karena setelah melihat ke belakang, kemudian masa depan terabaikan? Tidak, justru bila saja seseorang bisa melihat masa lampau, akan mampu meloncat jauh lebih tinggi ke depannya. Maka, salah satu mediasi yang tepat untuk melihat masa lalu ini ialah dengan berkunjung ke museum. Dengan mengunjungi museum banyak hal yang tidak kita ketahui menjadi pengetahuan baru. Bisa dipastikan banyak pula yang tidak pernah kita lihat sebelumnya, akan terlihat dan menjadi sebuah inspirasi baru. 

Perlunya Kerjasama Semua Pihak
Mengutip kata Donny Dhirgantoro dalam 5 CM; “Salah satu mahadewi itu bisa juga berarti tanah ini, salah satu ibu itu tanah ini.” Kalimat itu bisa dicerna bahwa ibu pertiwi menitip tanah ini kepada penerus bangsa, maka semua generasi bangsa haruslah menjaganya. Begitu pula hendaknya keberadaan museum yang berdiri di negeri ini, juga peninggalan ibu pertiwi, yang perlu penjagaan dan pelestarian dengan rasa cinta. Jika kecintaan pada museum sebagai bentuk bela negara, maka cinta pada museum berarti menjaga tanah air seperti harapan ibu pertiwi.

Tidak mudah memang, tapi juga tidak ada yang tidak mungkin. Menumbuhkan rasa cinta itu juga tidaklah gampang, namun menjaga rasa cinta lebih sulit lagi. Maka untuk meningkatkan kecintaan pada museum, perlu kerjasama semua pihak. Semua elemen masyarakat harus berkolaborasi untuk membangun dan menjaga kecintaan pada museum tetap utuh. Misalnya bagi masyarakat, keluarga mulailah mengedukasikan pada anak-anaknya masing-masing tentang museum, dan pentingnya museum.

Bagi akademisi, hendaknya mulai giat melakukan kunjungan ke museum, baik dalam acara riset tugas sekolah, atau kuliah, bahkan jika perlu harus ada jurusan yang fokusnya ke museum. Kemudian bagi muda-mudi yang digadang-gadangkan sebagai generasi muda, harus memanfaatkan waktu luang mengunjungi museum, serta juga ikut menyebarkan informasi tentang museum, koleksi museum, dan pentingnya museum ke berbagai lapisan masyarakat. Bisa dengan cara karya tulis, foto, desain poster, melalui berbagai media sosial.

Kemudian bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta orang-orang yang bekerja si museum harus bekerjsama, saling mendorong dan menyokong segala bentuk kegiatan penguatan citra museum ke masyarakat. Sebab, selama ini masyarakat bukan tidak cinta pada museum, tapi mayoritas masyarakat belum mengenal lebih jauh tentang keberadaan museum.  Maka dalam hal ini, pemerintah pusat, daerah, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di museum harus giat melakukan kegiatan edukasi ke seluruh masyarakat. Baik dengan pameran, organisasi, penyuluhan, diklat, dan sebagainya.


Namun yang terpenting, ialah SDM Permuseuman harus memadai, cekatan, dan berkualitas. Setidaknya ketika masyarakat mengunjungi museum bisa memberi edukasi yang tepat, sehingga pengunjung datang tisdak sia-sia belaka tanpa ilmu. Tentu dengan meningkatkan pelayanan museum ini, selain kualitas SDM juga kuantitas SDMnya. Selain itu, semua pihak terkait harus giat menyebarkan berbagai infomasi museum yang ada di berbagai media, baik media cetak, elektronik, atau berbagai media sosial lainnya. Jika ini terus dilakukan rasa cinta pada museum akan melekat erat di hati masyarakat.*

0 Comments