Duka Seorang Ibu Dibalik Roda


PADANG- Kadang, banyak alasan bahwa hidup ini patut dibilang kejam. Apalagi bagi orang yang ekonominya terbatas. Jumat, (27/1/2017) lalu, dua jam menjelang adzan. Awan mendung menggayut di atasnya, saya bergegas melintas di jalan belakang Mapolda Padang. 

Pandangan ini terhenti pada seorang ibu yang tampak wajahnya menahan berat, mendorong becak rapuhnya sekuat tenaga. Becak dayung dengan dua bannya sudah pecah dan nyaris lepas dari bingkainya. Tanpa angin. Sungguh betapa beratnya, seperti kita pernah merasakan pecah ban motor dan mendorongnya sebegitu jauh. Mungkin ini lebih dari itu.

Dua anak usia Sekolah Dasar duduk di atasnya ikut menambah berat beban, tapi mereka juga seakan menahan berat menyaksikan emaknya yang tengah berjuang mencari hidup dari mengumpulkan barang-barang plastik bekas yang tercecer di jalanan atau tempat sampah orang. Tiga puluh meter terlewat, saya putar kembali motor. 

Pertama saya mengira ia hanya kempes ban depan saja. Ternyata bukan. Bukan hanya satu, tapi dua dengan ban belakangnya. Kedua bannya pecah dan terlihat sobekannya. Masyaallah. Melihat saja, rasanya nafas saya menjadi sesak. Iba dan terenyuh.

Gustina namanya. Punya suami tapi sudah beberapa tahun tak pernah kembali. Dua anaknya sepulang sekolah diajak "maraok" atau memulung. Satu anaknya lagi yang mengalami keterbelakangan terpaksa di rumah dari pinjaman orang. Seminggu hasil barang bekas ditumpuk hanya menghasilkan tak lebih 150 sampai dengan 200 ribu saja. Kadang terpaksa harus mengemis di simpang jalan. "Saya terpaksa", lirihnya.

Apa yang bisa saya bantu lakukan? Dia hanya diam sambil memandang bergantian dua anak laki-laki dan perempuanya. Lalu memandang becak rentanya. Saya mengerti tatapan itu. Tatapan harapan. Menyembunyikan duka di balik roda.

Hujan pun mulai turun menimpa muka dan kepala. Saya pun tak tega harus menahan ibu dan dua anak ini terlalu lama. Mudah mudahan kita berjumpa lagi. Aamiin. Dengan becak yang punya roda. Ia pun beringsut pergi dalam hujan. Tertatih, pelan. Sedangkan dua anaknya menutup kepala dengan selembar plastik seadanya.
_____________________
Oleh Elfiyon Julinit

0 Comments